kupas-keren-abiessss

Sobat Taskia, agenda KUPAS (Kuliah Umum Antar Pelajar Sekolah) dengan tema "Hari ni Gak Sholat??Apa Kata DuNia" yang diselenggarakan di SMPN 04 Kota Bengkulu tanggal 14 Juni 2013

Mutiara Pergaulan

Ketika ditanya oleh Abu Usman tentang 'pertemanan,' ia menjawab, "Pertemanan dengan Allah dengan tata krama ibadah; dengan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah dengan mengakrabi ilmu dan mengikuti sunnah;

Awali Langkah mu dengan Bismillah !!!

Ketika mentari pagi tiba tak terasa kita telah diberikan anugrah kenikmatan terindah, menghembuskan nafas, dapat melihat, melangkah, merenggangkan tubuh wah rasanya sangat melegahkan. Akan tetapi sayang sangat disayang seringkali ini dilupakan kebanyakan orang, apakah ini mungkin karena sudah menjadi kebiasaan dengan nikmat-nikmat ini.

Gays, Hati-Hatilah JIka Mengatakan "Seandainya"

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alahi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebi dicintai dari mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Allah Aza wajallah dan jangan lemah. Apabila engakau tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah, ‘Qaddar Allahu wa maa syaa’a fa’ala, Allah telah mentakdirkanl, terserah apa yang diputuskan-Nya’. karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan setan.” (Riwayat Muslim)

Profil Taskia

TUNAS CENDIKIA BENGKULU adalah sebuah lembaga yang berdedikasi terhadap pembinaan moral pemuda (pelajar dan mahasiswa) dalam upaya mempercepat terwujudnya masyarakat madani di Indonesia. Lembaga ini menjadi mitra bagi para pemuda, pelajar dan mahasiswa dalam mengembangkan diriya, baik dalam wawasan moral, intelektual, kemampuan maupun kepribadiannya. Lembaga ini mejadi wadah berkumpulnya para pemuda, pelajar dan mahasiswa dan masyarakat untuk betukar informasi, pikiran dan gagasan yang berkenaan dengan perbaikan moral generasi muda di Indonesia. Lembaga ini juga selalu siap menjadi mitra dari lembaga – lembaga lain yang juga memiliki kesamaan visi.

Tuesday 8 December 2015

Pemilih Cerdas.. Menggunakan Hak Pilihnya

Assalamu'alaykum... sohib taskia semuanya..
berhubung besok ada perhelatan akbar nih..di Indonesia..  udah siap apa belum nih.. buat nyoblos besok?? cung jari yang udah punya "hak pilih"????  mana suaranyaaaaah??
hayuk guys.. gunakan hak pilih sobat semua ya..  yang udah punya kesempatan milih ya kudu milih ya.... jangan disia-siakan ya guys.. pilihlah pemimpian yang menurut sahabat semua yang amanah... atau minimal didukung oleh orang-orang baik.. karena dengan didukung oleh orang -orang baik, akan ada pengawasan  yang baik pula atas kinerjanya kelak. Pilkada itu penting  ya sob.... kenapa penting??? karena ini  menyangkut kebijakan-kebijakan yang akan diambil nantinya,berhubungan dengan harkat hidup masyarakat nantinya,, bayangkan jika kita memilih pemimpin yang tidak amanah dan cenderung diktator atas kekuasaannya, atau pemimpin yang tidak bisa memimpin,, tidak tegas dalam mengambil keputusan, sehingga gampang sekali di perbudak asing.. ga mau kan ya negara kita dijual ke asing atau diperbudak asing?? so.. pilihlah pemimpin muslim yang adil, baik dan amanah. Jadilah Pemilih yang  Smart .. selamat memilih sooobbb  :)

by: admin


Bentar lagi kan pilkada serentak. Sayang kalau kita gak menggunakan hak pilih kita. Nanti terpilih pemimpin yang tidak amanah, yang rugi kita-kita juga. - See more at: http://rohis.itsar.org/dimanapun-kapanpun-saya-ingin-dipimpin-orang-baik/#sthash.DJRMlNO3.dpuf
Bentar lagi kan pilkada serentak. Sayang kalau kita gak menggunakan hak pilih kita. Nanti terpilih pemimpin yang tidak amanah, yang rugi kita-kita juga.
Tiap tahun kita bayar pajak. Pajak motor, pajak bumi bangunan, pajak penghasilan. Tiap hari kita bayar pajak lho! Makan di restoran bayar pajak. Pakai lahan parkir bayar pajak. Masuk tol bayar pajak.
Nah, kalau pemimpin terpilih ternyata gak amanah, pajak dikorupsi, kamu yang gak milih saat pilkada serentak juga “berjasa” dalam ketidakamanahan dia. Coba kalau kamu teliti dan tahu keburukan dia dan mencegah dia menang dengan memilih calon lain yang lebih aman. Insya Allah resikonya lebih kecil..
Jadi pilkada serentak bukan pepesan kosong guys. Penting banget buat urusan kita juga. Kayak kurs dolar kemarin. Naik atau turun sangat dipengaruhi kebijakan pemimpin kita. Mau naik haji, besaran ongkosnya juga pengaruh dari kebijakan pemimpin.
- See more at: http://rohis.itsar.org/dimanapun-kapanpun-saya-ingin-dipimpin-orang-baik/#sthash.DJRMlNO3.dpuf
Bentar lagi kan pilkada serentak. Sayang kalau kita gak menggunakan hak pilih kita. Nanti terpilih pemimpin yang tidak amanah, yang rugi kita-kita juga.
Tiap tahun kita bayar pajak. Pajak motor, pajak bumi bangunan, pajak penghasilan. Tiap hari kita bayar pajak lho! Makan di restoran bayar pajak. Pakai lahan parkir bayar pajak. Masuk tol bayar pajak.
Nah, kalau pemimpin terpilih ternyata gak amanah, pajak dikorupsi, kamu yang gak milih saat pilkada serentak juga “berjasa” dalam ketidakamanahan dia. Coba kalau kamu teliti dan tahu keburukan dia dan mencegah dia menang dengan memilih calon lain yang lebih aman. Insya Allah resikonya lebih kecil..
Jadi pilkada serentak bukan pepesan kosong guys. Penting banget buat urusan kita juga. Kayak kurs dolar kemarin. Naik atau turun sangat dipengaruhi kebijakan pemimpin kita. Mau naik haji, besaran ongkosnya juga pengaruh dari kebijakan pemimpin.
- See more at: http://rohis.itsar.org/dimanapun-kapanpun-saya-ingin-dipimpin-orang-baik/#sthash.DJRMlNO3.dpuf
Bentar lagi kan pilkada serentak. Sayang kalau kita gak menggunakan hak pilih kita. Nanti terpilih pemimpin yang tidak amanah, yang rugi kita-kita juga.
Tiap tahun kita bayar pajak. Pajak motor, pajak bumi bangunan, pajak penghasilan. Tiap hari kita bayar pajak lho! Makan di restoran bayar pajak. Pakai lahan parkir bayar pajak. Masuk tol bayar pajak.
Nah, kalau pemimpin terpilih ternyata gak amanah, pajak dikorupsi, kamu yang gak milih saat pilkada serentak juga “berjasa” dalam ketidakamanahan dia. Coba kalau kamu teliti dan tahu keburukan dia dan mencegah dia menang dengan memilih calon lain yang lebih aman. Insya Allah resikonya lebih kecil..
Jadi pilkada serentak bukan pepesan kosong guys. Penting banget buat urusan kita juga. Kayak kurs dolar kemarin. Naik atau turun sangat dipengaruhi kebijakan pemimpin kita. Mau naik haji, besaran ongkosnya juga pengaruh dari kebijakan pemimpin.
- See more at: http://rohis.itsar.org/dimanapun-kapanpun-saya-ingin-dipimpin-orang-baik/#sthash.DJRMlNO3.dpuf

Monday 23 November 2015

Tren Seni Islam di Masa Kini

by: Ustad Luki and friends (Tim Nasyid Salsabila)


Arti dari seni adalah keindahan.Allah menyukai keindahan. Anugerah seni yang telah diberikan Allah kepada manusia sangat banyak jenisnya,beberapa di antaranya seperti suara yang merdu dalam bentuk pelantunan syair,lagu,bahkan saat mengaji. Pada saat Hijrahnya Rasulullah dan sahabat dari Mekah ke Madinah,Rasulullah dan para sahabat disambut dengan senandung syair dan iringan musik yang memuji Allah dan rasulnya. Begitu pula hal nya pada saat pernikahan,tatkala pada pernikahan sahabat,Rasulullah menanyakan apakah musik dan penyair telah dipersiapkan pada saat acara.Ternyata Rasulullah pun juga menyukai seni,seperti lagu dan suara yang merdu pada nyanyian.
Yang berikutnya masih banyak jenis lain dari kesenian,seperti seni tari,seni lukis,seni pahat,seni rupa,bela diri,dan banyak lagi.
Berbeda dengan fenomena seni yang dilakukan orang-orang kafir masa kini,yang mengumbar aurat dan menebar syahwat,bukannya membawa nasehat justru malah menyampaikan hal-hal yang tidak bermanfaat,bahkan mendatangkan dosa. Menyaksikan dan menikmati seni sehingga lupa dengan sekelililingnya,karena asyiknya sehingga lalai dan meninggalkan ibadah,sehingga lupa waktu dan berujung pada penurunan produktivitas dan kualitas diri.
Lalu bagaimana seharusnya kita menanggapi perkembangan seni sekarang ini?,ternyata dalam Islam sangat menyetujui bahwa seni adalah keindahan serta anugerah dari-Nya,dan penuangan seni itu dimaksudkan sebagai kesyukuran pada Allah. Lagu atau nyanyian yang dibenarnkan dalam Islam,adalah yang mengajak pada kebaikan dan tidak melalaikan ibadah dari mengingat Allah,tidak menjadikan orang bermalas-malasan melakukan hal lain,bahkan mengandung nasehat kebaikan,dan tergeraklah hatinya saat mendengar lantunan tersebut. Dan hal-hal tersebut,bisa membuat seni lagu ini yang awalnya sunnah menjadi wajib mengingat manfaat yang banyak,dan dapat menjadi tempat dakwah yang baik untuk menyiarkan dan mengingatkan dalam kebaikan. Namun teryata,tetaplah seni tertinggi di mata Allah adalah membaca Al-Qur’n dan menadaburi ayat-ayatnya,membacanya dengan tartil dan lantunan yang indah,yang ketika orang mendengar tergeraklah hatinya dan bertambahlah keimanannya.
Maka dari itu,sebenarnya Seni adalah keindahan, dan sesungguhnya Allah menyukai keindahan. Dan tidak salah ketika kita ingin mencari hiburan,tetapi alangkah baiknya untuk jangan salah memilih hiburan,dengan memilih hiburan yang baik,yang ketika melakukannya bertambahlah ilmu dan hal-hal postif dalam diri dan bersemangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Reported: Indah 


Saturday 14 November 2015

Perintah Berdakwah



Ayat Al-Qur’an

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal: 25)
Abdullah bin Abbas ra berkata: Allah swt menyuruh orang-orang beriman agar tidak membiarkan kemunkaran di tengah-tengah mereka, lalu adzab mengenai mereka dengan rata. Zainab bint Jahsy berkata seperti yang diriwayatkan Imam Muslim. Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw:
أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ « نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ صحيح مسلم – (ج 18 / ص 273)
“Ya Rasulallah apakah kita akan binasa, sedangkan di tengah-tengah kita masih ada orang shalih?” Jawab Nabi: “Ya, jika perbuatan keji semakin banyak.” [1]
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati, Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[2] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 159-160)
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” (QS. Fushshilat: 33)
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al Maidah: 78-79)
“Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus [3], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali Imran: 113-114)
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah: 71)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” QS. Al A’raf: 165
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah: 2)
“Maka Mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang Telah kami selamatkan di antara mereka,” (QS. Hud: 116)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.” (QS. An Nisa: 135)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An Nisa: 114)
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.” (QS. Al Hujurat: 9)
Beberapa Hadits
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, lalu jika tidak mampu dengan lesannya, lalu jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman. HR Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِر
سيد الشهداء حمزة بن عبد المطلب ، ورجل قال إلى إمام جائر فأمره ونهاه فقتله
Dari Abu Said Al Khudzriy dari Rasulullah saw: Jihad yang paling utama adalah kalimatul haq (kalimat yang benar) di hadapan penguasa yang zhalim. HR Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’iy. Pemimpin para syuhada adalah Hamzah dan seorang laku-laki yang berdiri di hadapan imam yang zhalim, ia menyuruh dan melarangnya lalu membunuhnya. HR At Tirmidzi, Al Hakim
مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاها وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ ، فَقَالُوا : لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعاً ، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعاً )) رواه البخاري
Dari An Nu’man bin Basyir dari Nabi Muhammad saw bersabda: Perumpamaan orang yang menegakkan batas-batas Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti orang yang berada di atas kapal, ada yang di atas dan ada sebagian di bawah. Maka orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melewati orang yang ada di atasnya. Lalu mereka berkata: Coba kalau kita lubangi saja di bagian kita ini sehingga tidak mengganggu orang yang ada di atas kita. Jika mereka dibiarkan dengan keinginannya maka mereka akan binasa semua. Dan jika dicegah maka mereka akan selamat semua. HR Al Bukhari.
مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ صحيح مسلم – (ج 1 / ص 221)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang nabipun yang Allah utus pada umat sebelumku kecuali ada di antara umatnya yang menjadi pengikut setia dan para sahabat yang mengambil sunnahnya, meneladani perintahnya. Kemudian pengganti sesudahnya adalah pengganti yang mengatakan apa yang tidak dilakukan, melakukan apa yang tidak diperintahkan. Barang siapa melawannya dengan tangannya maka ia beriman, dan barang siapa melawannya dengan lesannya maka ia orang mukmin, dan barang siapa melawannya dengan hatinya maka ia orang mukmin, dan setelah itu tidak ada lagi keimanan meskipun sebiji sayur. HR Muslim.
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ سنن الترمذى – (ج 8 / ص 335)
Dari Hudzaifah ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kamu akan memerintahkan yang ma’ruf mencegah yang munkar, atau sebentar lagi Allah turunkan adzab dari-Nya, kemudian kamu berdo’a lalu tidak dikabulkan. HR At Tirmidzi.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَحْقِرَنَّ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ إِذَا رَأَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالاً فَلاَ يَقُولُ بِهِ فَيَلْقَى اللَّهَ وَقَدْ أَضَاعَ ذَلِكَ فَيَقُولُ مَا مَنَعَكَ فَيَقُولُ خَشِيتُ النَّاسَ. فَيَقُولُ أَنَا كُنْتُ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى
Dari Abu Said Al Khudzriy ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Janganlah seseorang merendahkan dirinya sendiri. Mereka bertanya: Ya Rasulullah bagaimana seseorang menghina dirinya sendiri? Jawab Nabi: Ia tahu bahwa Allah memerintahkan kepadanya, kemudian ia tidak mengakuinya, lalu Allah swt berfirman di hari kiamat: apa yang menghalangimu mengatakan ini-ini. Ia menjawab: Takut manusia. Lalu Allah berfirman: Hanya kepada-Ku kamu berhak takut. HR, Ibnu Majah.
بايَعْتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على السمع والطاعة. فَلَقَّنَنِي : فيما استطعتَ ، والنصحَ لكل مسلم
Dari Jarir ra berkata: Aku berbaiat kepada Nabi untuk mendengar dan taat, lalu Nabi menuntunku : Sesuai dengan kemampuanmu, dan menasehati setiap muslim. HR Al Bukhari dan Muslim
إِنَّ أَوَّلَ مَا دَخَلَ النَّقْصُ عَلَى بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَ الرَّجُلُ يَلْقَى الرَّجُلَ فَيَقُولُ يَا هَذَا اتَّقِّ اللَّهَ وَدَعْ مَا تَصْنَعُ فَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لَكَ ثُمَّ يَلْقَاهُ مِنَ الْغَدِ فَلاَ يَمْنَعُهُ ذَلِكَ أَنْ يَكُونَ أَكِيلَهُ وَشَرِيبَهُ وَقَعِيدَهُ فَلَمَّا فَعَلُوا ذَلِكَ ضَرَبَ اللَّهُ قُلُوبَ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ ثُمَّ قَالَ (لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ) ثُمَّ قَالَ كَلاَّ وَاللَّهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ وَلَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدِ الظَّالِمِ وَلَتَأْطُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْرًا
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata: Rasululllah saw bersabda: Kekurangan pertama yang dialami Bani Israil adalah teguran seorang yang bertemu dengan orang lain: “Apa-apaan ini, takutlah kepada Allah dan tinggalkan apa yang kamu lakukan, karena itu tidak halal bagimu. Kemudian keesokan harinya bertemu lagi dengan kondisi seperti kemarin, lalu tidak melarangnya, karena sudahmenjadi teman makannya, minumnya dan duduk bersama. Maka ketika mereka melakukan hal ini Allah timpakan permusuhan hati satu sama lain, lalu membaca:
Lalu mengatakan: Jangan demikian, Demi Allah, sungguh kamu menyuruh yang ma’ruf mencegah yang munkar, menangkap tangan orang zhalim, dan meluruskannya di atas al hak dengan betul-betul lurus. HR Abu Daud dan At Tirmidzi.
Dari Abu Bakar as Shiddiq ra berkata: Wahai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini :
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk”.[4] (QS. Al Maidah: 105)
Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ
Sesungguhnya manusia itu ketika melihat kezahaliman lalu tidak menahan tangan orang zhalim itu, maka sebentar lagi Allah akan ratakan atas mereka adzab dari-Nya. HR Abu Daud, dan At Tirmidzi, dan mengatakan: hadits hasan, shahih. Ibnu Majah, An Nasa’iy, Ibnu Hibban, dalam shahihnya.
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ صحيح مسلم – (ج 1 / ص 464)
Dari Hudzaifah bin Yaman ra berkata: Ditampakkan fitnah ke dalam hati seperti anyaman tikar, selembar-selembar. Hati yang menerimanya akan ada noda hiram di hatinya. Dan hatiyang menolak akan ada titik putih sehingga dua hati itu menjadi: Hati yang putih seperti batu licin dan bersih tidak terpengaruh fitnah selama masih ada langit dan bumi. Dan hati yang hitam kelam tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang munkar, kecuali yang disenangi nafsunya. HR. Muslim dll.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِى تَهَابُ الظَّالِمَ أَنْ تَقُولَ لَهُ أَنْتَ ظَالِمٌ فَقَدْ تُوُدِّعَ مِنْهُمْ مسند أحمد – (ج 14 / ص 488)
Dari Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw bersabda: Jika kamu melihat umatku berani mengatakan kepada orang zhalim: “Wahai zhalim. Maka ia telah berpisah dengannya. HR Al Hakim dan berkata: Hadits shahihul isnad.
أوصاني خليلي صلى الله عليه وسلم ، بخصال من الخير: …. وَأوْصَاني أنْ لا أخَافُ في اللهِ لَوْمَةَ لائِمٍ ، وَأوْصَاني أنْ أَقُوْلَ الحَقَّ وَإنْ كانَ مُرًّا صحيح ابن حبان – (ج 2 / ص 389)
Dari Abu Dzarr ra berkata: Kekasihku berwasiat kepadaku beberapa kebaikan. Ia berwasiat kepadaku agar tidak takut karena Allah celaan orang yang mencela, dan berwasiat kepadaku agar berkata benar meskipun pahit. HR Ibnu Hibban.
عن ابن عباس ، رفعه إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : « ليس منا من لم يوقر الكبير ، ويرحم الصغير ، ويأمر بالمعروف ، وينه عن المنكر » صحيح ابن حبان – (ج 2 / ص 420)
dari Ibnu Abbas ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Tidak termasuk umatku orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar. HR Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban
عن أبي هريرة رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : الإسلام أن تَعْبُدَ اللهَ لا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلاةَ وَ تُؤْتيَِ الزَّكاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضانَ وَ تَحُجَّ البَيْتَ وَ الأمْرَ بالمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيَ عَنِ المُنْكَرِ وَ تَسْلِيمَكَ عَلَى أَهْلِكَ فَمَنِ انتَقَصَ شَيْئًا مِنْهُنَّ فَهُوَ سَهْمٌ مِنَ الإسْلامِ يَدَعُهُ وَ َمنْ تَرَكَهُنَّ فَقَدْ وَلَى الإسْلامَ ظَهْرَهُ المستدرك – (ج 1 / ص 70)
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad berkata: Islam adalah engkau menyembah Allah tidak mensekutukan dengan apapun, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, haji, amar ma’ruf nahi munkar, memberi salam kepada keluarga. Maka barang siapa yang kurang, maka ia meninggalkan anak panah Islam, dan barang siapa meninggalkan semuanya maka ia telah menjadikan Islam di balik punggungnya. HR. Al Hakim.
Catatan Kaki:
[1] Lihat Al Qurthubi 290. hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim, Jami’ul ushul II/231
[2] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
[3] Yakni: golongan ahli Kitab yang Telah memeluk agama Islam.
[4] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu Telah mendapat petunjuk. tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

- See more at: http://rohis.itsar.org/nash-nash-yang-menegaskan-tentang-perintah-berdakwah/?utm_medium=facebook&utm_source=twitterfeed#sthash.RxflmG09.dpuf

Bercermin Pada Kisah Mush’ab bin Umair (Teladan Bagi Para Pemuda Islam)



Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Ada yang menukilkan kesan pertama al-Barra bin Azib ketika pertama kali melihat Mush’ab bin Umair tiba di Madinah. Ia berkata,
رَجُلٌ لَمْ أَرَ مِثْلَهُ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ الجَنَّةِ
“Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”
Ia adalah di antara pemuda yang paling tampan dan kaya di Kota Mekah. Kemudian ketika Islam datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di akhirat.
Kelahiran dan Masa Pertumbuhannya
Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun (atau lebih sedikit) setelah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan pada tahun 585 M.
Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.
Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا رَأَيْتُ بِمَكَّةَ أَحَدًا أَحْسَنَ لِمَّةً ، وَلا أَرَقَّ حُلَّةً ، وَلا أَنْعَمَ نِعْمَةً مِنْ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرٍ
“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).
Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makana sudah ada di hadapannya.
Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat.
Menyambut Hidayah Islam
Orang-orang pertama yang menyambut dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau Khadijah, sepupu beliau Ali bin Abi Thalib, dan anak angkat beliau Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian diikuti oleh beberapa orang yang lain. Ketika intimidasi terhadap dakwah Islam yang baru saja muncul itu kian menguat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqamradhiyallahu ‘anhu. Sebuah rumah yang berada di bukit Shafa, jauh dari pengawasan orang-orang kafir Quraisy.
Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta dan nyanyian, Allah beri cahaya di hatinya, sehingga ia mampu membedakan manakah agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang. Manakah ajaran seorang Nabi dan mana yang hanya warsisan nenek moyang semata. Dengan sendirinya ia bertekad dan menguatkan hati untuk memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam dan menyatakan keimanannya.
Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamannya sebagaimana sahabat yang lain, untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy. Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam ilmunya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Madinah untuk berdakwah di sana.
Menjual Dunia Untuk Membeli Akhirat
Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.
Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak tega mendengar apa yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu, biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan. Kalau ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”. Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka.
Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari pergaulannya, Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat mengurus.
Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati. Pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi No. 2476).
Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR. Hakim No. 6640).
Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).
Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika ia memeluk Islam. Ia mengalami penderitaan secara materi. Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan tidak lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai ia tidak mendapatkan pakaian yang layak untuk dirinya. Ia juga mengalami penyiksaan secara fisik sehingga kulit-kulitnya mengelupas dan tubuhnya menderita. Penderitaan yang ia alami juga ditambah lagi dengan siksaan perasaan ketika ia melihat ibunya yang sangat ia cintai memotong rambutnya, tidak makan dan minum, kemudian berjemur di tengah teriknya matahari agar sang anak keluar dari agamanya. Semua yang ia alami tidak membuatnya goyah. Ia tetap teguh dengan keimanannya.
Peranan Mush’ab Dalam Islam
Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat nabi yang utama. Ia memiliki ilmu yang mendalam dan kecerdasan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengutusnya untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah.
Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah. Di sana ia mengajrkan dan mendakwahkan Islam kepada penduduk negeri tersebut, termasuk tokoh utama di Madinah semisal Saad bin Muadz. Dalam waktu yang singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun memeluk agama Allah ini. Hal ini menunjukkan –setelah taufik dari Allah- akan kedalaman ilmu Mush’ab bin Umair dan pemahamanannya yang bagus terhadap Alquran dan sunnah, baiknya cara penyampaiannya dan kecerdasannya dalam berargumentasi, serta jiwanya yang tenang dan tidak terburu-buru.
Hal tersebut sangat terlihat ketika Mush’ab berhadap dengan Saad bin Muadz. Setelah berhasil mengislamkan Usaid bin Hudair, Mush’ab berangkat menuju Saad bin Muadz. Mush’ab berkata kepada Saad, “Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi”. Saad menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak”. Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad apa itu Islam, lalu membacakannya Alquran.
Saad memiliki kesan yang mendalam terhadap Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhudan apa yang ia ucapkan. Kata Saad, “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya”. Kemudian Saad berkata, “Apa yang harus kami perbuat jika kami hendak memeluk Islam?” “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat”. Jawab Mush’ab. Saad pun melakukan apa yang diperintahkan Mush’ab.
Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus tabiatnya”.
Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa, yang menunjukkan begitu besarnya wibawanya di sisi kaumnya dan begitu kuatnya pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata, “Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”
Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim.
Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun menjadi tempat pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hijrah. Dan kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah).
Wafatnya
Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat yang mulia ini. Ia berkata:
Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib (Ibnu Ishaq, Hal: 329).
Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata, “Aku telah membunuh Muhammad”.
Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).
Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah syuhada di sisi Allah.
Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”
Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”
Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.
Para Sahabat Mengenang Mush’ab bin Umair
Di masa kemudian, setelah umat Islam jaya, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhuyang sedang dihidangkan makanan mengenang Mush’ab bin Umair. Ia berkata, “Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tidak ada kain yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah”. (HR. Bukhari no. 1273). Abdurrahman bin Auf pun menangis dan tidak sanggup menyantap makanan yang dihidangkan.
Khabab berkata mengenang Mush’ab, “Ia terbunuh di Perang Uhud. Ia hanya meninggalkan pakaian wool bergaris-garis (untuk kafannya). Kalau kami tutupkan kain itu di kepalanya, maka kakinya terbuka. Jika kami tarik ke kakinya, maka kepalanya terbuka. Rasulullah pun memerintahkan kami agar menarik kain ke arah kepalanya dan menutupi kakinya dengan rumput idkhir…” (HR. Bukhari no.3897).
Semoga Allah meridhai Mush’ab bin Umair dan menjadikannya teladan bagi pemuda-pemuda Islam. Mush’ab telah mengajarkan bahwa dunia ini tidak ada artinya dibanding dengan kehidupan akhirat. Ia tinggalkan semua kemewahan dunia ketika kemewahan dunia itu menghalanginya untuk mendapatkan ridha Allah.
Mush’ab juga merupakan seorang pemuda yang teladan dalam bersemangat menuntut ilmu, mengamlakannya, dan mendakwahkannya. Ia memiliki kecerdasan dalam memahami nash-nash syariat, pandai dalam menyampaikannya, dan kuat argumentasinya.
Sumber:
al-Jabiri, Adnan bin Sulaiman. 2014. Shirah ash-Shahabi al-Jali: Mush’ab bin Umair. Jeddah: Dar al-Waraq al-Tsaqafah
Mubarakfury, Shafiyurrahman. 2007. ar-Rahiq al-Makhtum. Qatar: Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu-un al-Islamiyah

Thursday 13 November 2014

Untuk Ayah terbaik "Selamat Hari Ayah"

Ayah..sosok inspirasi yang terkadang hadirnya tak kau acuhkan..
Beda degan ibu, yang selalu kau cari keberadaannya.. saat kau pulang sekolah atau kau ingat makan..
selalu ibu yang kau cari..
Masa kecil kita, ayah memang menjadi sosok yang jarang kau lihat, duduk dirumah, bercengkerama dirumah..sangat jarang..
ya.. hanya sedikit yang bisa punya waktu,,hem. mungkin 9 dari 10 ayah yang sanggup melakukannnya..
membagi waktu untuk dirumah dan di tempat kerjanya.. 

Ayah.. sosok yang jarang kau lihat air matanya..
Beda dengan ibu,, yang lembut, sensitif dan perasa..
Masa kecil kita, ayah memang terlihat tangguh, bahkan hingga sekarang ayah bagaikan superhero yang selalu ada setiap saat tanpa kau tau.. diam-diam memeperhatikanmu.

Ayah.. tak pernah bilang "cinta", bilang "sayang",,
Tapi.. tindakan dan over protektifnya kepadamu baginya adalah wujud cinta dan sayangnya
hanya saja kita sering tak menyadarinya..
Beda dengan ibu, yang begitu terlihat jika cinta dan sayang....
ingat tidak? ketika kau terjatuh, dan yang akan berlari kencang kemudian menggendong dan mendiamkan tangismu adalah ibu.. iya kan?
tapi, ayah,, biasanya cuma bilang "ah.. jatuh sedikit, nangis, jangan cengeng!!!"
tapi, kau tak tahu, dalam hatinya dia begitu peduli dan khawatir padamu..

Ayah..entahlah.. tak bisa kuungkap bagaimana sosokmu yang sebenarnya.
karena bagiku ,, sosok ayah begitu kompleks dan rumit..
tampak tangguh namun terkadang rapuh, terlebih jika terjadi hal yang tak mengenakan pada anaknya..
Beda dengan ibu yang spontan..
entahlah.. kali ini. izinkan kami ucapkan "selamat hari ayah untuk ayah terbaik di dunia"
Kau istimewa ayah.. meski perayaanmu tak seramai hari ibu ...
We Love You, Ayah


by : admin


Wednesday 5 November 2014

Seragam Taskia


minat hubungi kita ya  :)

Tuesday 4 November 2014

Gays, Hati-Hatilah JIka Mengatakan "Seandainya"

Google
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu’alahi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebi dicintai dari mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan, bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Allah Aza wajallah dan jangan lemah. Apabila engakau tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah, ‘Qaddar Allahu wa maa syaa’a fa’ala, Allah telah mentakdirkanl, terserah apa yang diputuskan-Nya’. karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan setan.” (Riwayat Muslim)

Ketika kata seandainya diucapkan untuk menentang syari’at (Seandainya mereka (para sahabat) menaati kami (membelot dan tidak taat kepada Nabi SAW) niscaya mereka tidak akan terbunuh (dalam perang Uhud)”), atau diucapkan untuk menentang takdir, seperti, “Seandainya aku tidak dilahirkan oleh ibuku.” Atau diucapkan untuk beralasan dengan takdir dalam melegalkan kemaksiatan. Seperti perkataan orang kafir, “Seaindainya Allah ingin niscaya kami tidak akan berbuat syirik”. Semua ini jelas batil dan haram hukumnya.
Namun perlu diketahui juga bahwa tidak semua perkataan “Seandainya” itu dilarang. Imam Bukhari bahkan membuat satu bab khusus tentang penggunaan “Seandainya” yang boleh. Misalnya , mengatakan “Seandainya” dalam mengungkapkan harapan. Jika harapannya baik, maka boleh menggunakan seandainya. Sebaliknya, apabila harapannya jelek, maka hal itu terlarang.
Dalam hadits shahih, Nabi pernah mengisahkan tentang empat orang, yang salah satu di antara mereka mengatakan: “Seandainya aku memiliki harta, pasti akun akan beramal sebagaimana amalan si Fulan (yang beramal shalih dengan hartanya)”. Ini adalah harapan kebaikan.