Saturday 14 November 2015

Perintah Berdakwah



Ayat Al-Qur’an

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al Anfal: 25)
Abdullah bin Abbas ra berkata: Allah swt menyuruh orang-orang beriman agar tidak membiarkan kemunkaran di tengah-tengah mereka, lalu adzab mengenai mereka dengan rata. Zainab bint Jahsy berkata seperti yang diriwayatkan Imam Muslim. Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw:
أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ « نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ صحيح مسلم – (ج 18 / ص 273)
“Ya Rasulallah apakah kita akan binasa, sedangkan di tengah-tengah kita masih ada orang shalih?” Jawab Nabi: “Ya, jika perbuatan keji semakin banyak.” [1]
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati, Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan[2] dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 159-160)
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” (QS. Fushshilat: 33)
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al Maidah: 78-79)
“Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus [3], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali Imran: 113-114)
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah: 71)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” QS. Al A’raf: 165
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah: 2)
“Maka Mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang Telah kami selamatkan di antara mereka,” (QS. Hud: 116)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.” (QS. An Nisa: 135)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An Nisa: 114)
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.” (QS. Al Hujurat: 9)
Beberapa Hadits
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, lalu jika tidak mampu dengan lesannya, lalu jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman. HR Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِر
سيد الشهداء حمزة بن عبد المطلب ، ورجل قال إلى إمام جائر فأمره ونهاه فقتله
Dari Abu Said Al Khudzriy dari Rasulullah saw: Jihad yang paling utama adalah kalimatul haq (kalimat yang benar) di hadapan penguasa yang zhalim. HR Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’iy. Pemimpin para syuhada adalah Hamzah dan seorang laku-laki yang berdiri di hadapan imam yang zhalim, ia menyuruh dan melarangnya lalu membunuhnya. HR At Tirmidzi, Al Hakim
مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاها وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ ، فَقَالُوا : لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعاً ، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعاً )) رواه البخاري
Dari An Nu’man bin Basyir dari Nabi Muhammad saw bersabda: Perumpamaan orang yang menegakkan batas-batas Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti orang yang berada di atas kapal, ada yang di atas dan ada sebagian di bawah. Maka orang yang ada di bawah jika hendak mengambil air harus melewati orang yang ada di atasnya. Lalu mereka berkata: Coba kalau kita lubangi saja di bagian kita ini sehingga tidak mengganggu orang yang ada di atas kita. Jika mereka dibiarkan dengan keinginannya maka mereka akan binasa semua. Dan jika dicegah maka mereka akan selamat semua. HR Al Bukhari.
مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ صحيح مسلم – (ج 1 / ص 221)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang nabipun yang Allah utus pada umat sebelumku kecuali ada di antara umatnya yang menjadi pengikut setia dan para sahabat yang mengambil sunnahnya, meneladani perintahnya. Kemudian pengganti sesudahnya adalah pengganti yang mengatakan apa yang tidak dilakukan, melakukan apa yang tidak diperintahkan. Barang siapa melawannya dengan tangannya maka ia beriman, dan barang siapa melawannya dengan lesannya maka ia orang mukmin, dan barang siapa melawannya dengan hatinya maka ia orang mukmin, dan setelah itu tidak ada lagi keimanan meskipun sebiji sayur. HR Muslim.
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ سنن الترمذى – (ج 8 / ص 335)
Dari Hudzaifah ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kamu akan memerintahkan yang ma’ruf mencegah yang munkar, atau sebentar lagi Allah turunkan adzab dari-Nya, kemudian kamu berdo’a lalu tidak dikabulkan. HR At Tirmidzi.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَحْقِرَنَّ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ إِذَا رَأَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالاً فَلاَ يَقُولُ بِهِ فَيَلْقَى اللَّهَ وَقَدْ أَضَاعَ ذَلِكَ فَيَقُولُ مَا مَنَعَكَ فَيَقُولُ خَشِيتُ النَّاسَ. فَيَقُولُ أَنَا كُنْتُ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى
Dari Abu Said Al Khudzriy ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Janganlah seseorang merendahkan dirinya sendiri. Mereka bertanya: Ya Rasulullah bagaimana seseorang menghina dirinya sendiri? Jawab Nabi: Ia tahu bahwa Allah memerintahkan kepadanya, kemudian ia tidak mengakuinya, lalu Allah swt berfirman di hari kiamat: apa yang menghalangimu mengatakan ini-ini. Ia menjawab: Takut manusia. Lalu Allah berfirman: Hanya kepada-Ku kamu berhak takut. HR, Ibnu Majah.
بايَعْتُ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على السمع والطاعة. فَلَقَّنَنِي : فيما استطعتَ ، والنصحَ لكل مسلم
Dari Jarir ra berkata: Aku berbaiat kepada Nabi untuk mendengar dan taat, lalu Nabi menuntunku : Sesuai dengan kemampuanmu, dan menasehati setiap muslim. HR Al Bukhari dan Muslim
إِنَّ أَوَّلَ مَا دَخَلَ النَّقْصُ عَلَى بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَ الرَّجُلُ يَلْقَى الرَّجُلَ فَيَقُولُ يَا هَذَا اتَّقِّ اللَّهَ وَدَعْ مَا تَصْنَعُ فَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لَكَ ثُمَّ يَلْقَاهُ مِنَ الْغَدِ فَلاَ يَمْنَعُهُ ذَلِكَ أَنْ يَكُونَ أَكِيلَهُ وَشَرِيبَهُ وَقَعِيدَهُ فَلَمَّا فَعَلُوا ذَلِكَ ضَرَبَ اللَّهُ قُلُوبَ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ ثُمَّ قَالَ (لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ) ثُمَّ قَالَ كَلاَّ وَاللَّهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ وَلَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدِ الظَّالِمِ وَلَتَأْطُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْرًا
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata: Rasululllah saw bersabda: Kekurangan pertama yang dialami Bani Israil adalah teguran seorang yang bertemu dengan orang lain: “Apa-apaan ini, takutlah kepada Allah dan tinggalkan apa yang kamu lakukan, karena itu tidak halal bagimu. Kemudian keesokan harinya bertemu lagi dengan kondisi seperti kemarin, lalu tidak melarangnya, karena sudahmenjadi teman makannya, minumnya dan duduk bersama. Maka ketika mereka melakukan hal ini Allah timpakan permusuhan hati satu sama lain, lalu membaca:
Lalu mengatakan: Jangan demikian, Demi Allah, sungguh kamu menyuruh yang ma’ruf mencegah yang munkar, menangkap tangan orang zhalim, dan meluruskannya di atas al hak dengan betul-betul lurus. HR Abu Daud dan At Tirmidzi.
Dari Abu Bakar as Shiddiq ra berkata: Wahai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini :
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk”.[4] (QS. Al Maidah: 105)
Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ
Sesungguhnya manusia itu ketika melihat kezahaliman lalu tidak menahan tangan orang zhalim itu, maka sebentar lagi Allah akan ratakan atas mereka adzab dari-Nya. HR Abu Daud, dan At Tirmidzi, dan mengatakan: hadits hasan, shahih. Ibnu Majah, An Nasa’iy, Ibnu Hibban, dalam shahihnya.
تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ صحيح مسلم – (ج 1 / ص 464)
Dari Hudzaifah bin Yaman ra berkata: Ditampakkan fitnah ke dalam hati seperti anyaman tikar, selembar-selembar. Hati yang menerimanya akan ada noda hiram di hatinya. Dan hatiyang menolak akan ada titik putih sehingga dua hati itu menjadi: Hati yang putih seperti batu licin dan bersih tidak terpengaruh fitnah selama masih ada langit dan bumi. Dan hati yang hitam kelam tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang munkar, kecuali yang disenangi nafsunya. HR. Muslim dll.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا رَأَيْتَ أُمَّتِى تَهَابُ الظَّالِمَ أَنْ تَقُولَ لَهُ أَنْتَ ظَالِمٌ فَقَدْ تُوُدِّعَ مِنْهُمْ مسند أحمد – (ج 14 / ص 488)
Dari Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw bersabda: Jika kamu melihat umatku berani mengatakan kepada orang zhalim: “Wahai zhalim. Maka ia telah berpisah dengannya. HR Al Hakim dan berkata: Hadits shahihul isnad.
أوصاني خليلي صلى الله عليه وسلم ، بخصال من الخير: …. وَأوْصَاني أنْ لا أخَافُ في اللهِ لَوْمَةَ لائِمٍ ، وَأوْصَاني أنْ أَقُوْلَ الحَقَّ وَإنْ كانَ مُرًّا صحيح ابن حبان – (ج 2 / ص 389)
Dari Abu Dzarr ra berkata: Kekasihku berwasiat kepadaku beberapa kebaikan. Ia berwasiat kepadaku agar tidak takut karena Allah celaan orang yang mencela, dan berwasiat kepadaku agar berkata benar meskipun pahit. HR Ibnu Hibban.
عن ابن عباس ، رفعه إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : « ليس منا من لم يوقر الكبير ، ويرحم الصغير ، ويأمر بالمعروف ، وينه عن المنكر » صحيح ابن حبان – (ج 2 / ص 420)
dari Ibnu Abbas ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Tidak termasuk umatku orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar. HR Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Hibban
عن أبي هريرة رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : الإسلام أن تَعْبُدَ اللهَ لا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلاةَ وَ تُؤْتيَِ الزَّكاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضانَ وَ تَحُجَّ البَيْتَ وَ الأمْرَ بالمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيَ عَنِ المُنْكَرِ وَ تَسْلِيمَكَ عَلَى أَهْلِكَ فَمَنِ انتَقَصَ شَيْئًا مِنْهُنَّ فَهُوَ سَهْمٌ مِنَ الإسْلامِ يَدَعُهُ وَ َمنْ تَرَكَهُنَّ فَقَدْ وَلَى الإسْلامَ ظَهْرَهُ المستدرك – (ج 1 / ص 70)
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad berkata: Islam adalah engkau menyembah Allah tidak mensekutukan dengan apapun, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, haji, amar ma’ruf nahi munkar, memberi salam kepada keluarga. Maka barang siapa yang kurang, maka ia meninggalkan anak panah Islam, dan barang siapa meninggalkan semuanya maka ia telah menjadikan Islam di balik punggungnya. HR. Al Hakim.
Catatan Kaki:
[1] Lihat Al Qurthubi 290. hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim, Jami’ul ushul II/231
[2] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
[3] Yakni: golongan ahli Kitab yang Telah memeluk agama Islam.
[4] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu Telah mendapat petunjuk. tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

- See more at: http://rohis.itsar.org/nash-nash-yang-menegaskan-tentang-perintah-berdakwah/?utm_medium=facebook&utm_source=twitterfeed#sthash.RxflmG09.dpuf

0 comments:

Post a Comment